Diperkirakan akan terjadi adegan canggung tanpa sapaan biasa, kata menteri luar negeri
Penolakan pemimpin de facto Suriah untuk berjabat tangan dengan Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock sudah diduga, katanya, mengomentari kontroversi tersebut.
Baerbock dan mitranya dari Prancis, Jean-Noel Barrot, melakukan kunjungan mendadak ke Suriah pada hari Jumat, bertemu dengan pemimpin de facto negara tersebut, ketua kelompok jihad Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Ahmed Hussein al-Sharaa, yang paling dikenal. dengan nama samaran de guerre Abu Mohammad al-Julani.
Pertemuan tersebut dimulai dengan adegan canggung ketika al-Sharaa menawarkan jabat tangan kepada Barrot tetapi secara eksplisit menghindari berjabat tangan dengan Baerbock, dan malah meletakkan tangan kanannya di jantungnya. Pemimpin baru Suriah ini dikenal menolak berjabat tangan dengan perempuan karena pandangan Islam garis kerasnya. Menteri luar negeri Perancis hampir berhasil menghindari tangan al-Sharaa, sementara Baerbock tampaknya awalnya meraih pemimpin baru Suriah, malah bertepuk tangan di udara.
“Saat saya bepergian ke sini, jelas bagi saya bahwa tidak akan ada jabat tangan biasa,” Baerbock mengatakan kepada media Jerman Jumat malam.
“Tetapi jelas juga… bahwa bukan hanya saya, tetapi juga menteri luar negeri Perancis, tidak sependapat dengan pandangan ini. Oleh karena itu, Menteri Luar Negeri Perancis tidak mengulurkan tangannya,” katanya.
Dalam pertemuan dengan al-Sharaa, kedua menteri mengangkat isu hak-hak perempuan di negara tersebut dan mendapat pengakuan. “dari pemerintah baru Suriah bahwa akan ada partisipasi luas – khususnya perempuan – dalam transisi politik,” Kata Barrot dalam postingan di X.
Kelompok-kelompok militan yang dipelopori oleh para jihadis HTS melancarkan serangan mendadak terhadap pemerintahan mantan Presiden Bashar Assad pada November tahun lalu. Serangan tersebut mengakibatkan runtuhnya militer Suriah dalam hitungan hari dan jatuhnya pemerintahan Assad.
Anda dapat membagikan cerita ini di media sosial: